Selasa, 21 Oktober 2014

Gigihnya Gibran Raka - Berani Lepas dari Bayang-bayang Ayahnya


Anak tertua Jokowi yang bernama Gibran Rakabuming Raka merupakan sosok pria yang mulai menjadi sorotan sejak karir politik sang ayah meningkat, mulai dari Walikota Solo, dipercaya sebagai Gubernur DKI Jakarta hingga diangkat menjadi seorang Presiden Republik Indonesia ke-7.
Namun, sejak pencalonan hingga pemilihan presiden, nyaris wujud Gibran tidak pernah sama sekali menemani ayahnya berkampanye. Belakangan diketahui jika pria berusia 26 tahun ini berprofesi sebagai seorang pengusaha catering. Dan dikarenakan kesibukan menjalankan bisnisnya, Gibran pun tampak absen dalam setiap kegiatan Jokowi.
Menariknya, beberapa jam sebelum menuju pelantikan Capres dan Cawapres Terpilih pada Senin (20/10) pagi tadi. Jokowi pun memperkenalkan seluruh anggota keluarganya pada sejumlah media. Dan, Gibran pun tampil untuk kali pertamanya di depan publik bersama dua adik kandungnya, Kahiyang Ayu dan Kaesang Pangarep dengan menggunakan kemeja batik serta rambut yang sedikit bergaya Mohawk. Sontak kehadiran Gibran dan kedua adiknya menjadi perhatian media.
Masa kecil pria kelahiran 1 Oktober 1988 ini dihabiskan di Solo dan sejak SMP dia tinggal di Singapura, menempuh sekolah setingkat SMA di Orchid Park Secondary School, Singapura pada tahun 2002. Pada tahun 2007, dia berhasil lulus dari Management Development Institute of Singapore (MDIS) dan melanjutkan studinya ke University of Technology Insearch, Sydney.
Saat duduk di bangku kuliah, Gibran ternyata tertarik dengan bisnis catering. Namun, sayang, idenya tersebut tidak pernah ditanggapi ayahnya. Orangtuanya terus saja mendesak Gibran untuk meneruskan usaha keluarga yang turun temurun di bidang properti. Namun, keteguhan hatinya tetap menyala. Dia bersikeras tidak memiliki ketertarikan untuk usaha mebel. Walaupun tidak mempunyai latar belakang pengalaman dan pendidikan di bidang tata boga. Namun, keyakinan Gibran itu tidak asal-asalan. Sebab, dia melihat besarnya potensi mendirikan bisnis katering di kota tersebut.
Pada tahun 2010, Setelah lulus kuliah, akhirnya Gibran mendirikan usaha katering yang bernama Chilli Pari Catering Service pada akhir 2010 dengan menggunakan gudang mebel milik ayahnya yang dijadikan kantor dan dapur katering. Sesuai dengan filosofi Chilli Pari sendiri yang berarti chilli atau cabai yang mempunyai dasar warna merah yang menggambarkan keberanian dan Pari yang berarti kemakmuran,Gibran memaknai Chilli Pari sebagai keberanian untuk lepas dari bayang bayang orang tua yang mempunyai nama besar dan keberanian khas anak muda dalam menjalankan usaha termasuk berani meminjam modal di bank untuk mulai usahanya. Gibran berpendapat sebaiknya kalangan anak muda yang mau menjalankan usaha harus mempunyai keberanian dan jangan mengandalkan orang tua.
Terbukti di akhir kuliah, Gibran bisa bolak-balik Singapura dan Solo untuk mewujudkan impiannya untuk mendirikan perusahaan katering. Maklum, dia harus mencari sendiri modal untuk membuka usahanya sekitar Rp 1 miliar. Usahanya berdiri setelah hanya satu dari tujuh proposal pinjaman ke bank setuju untuk memberikan pinjaman.
Sulung dari tiga bersaudara itu mengakui bahwa bisnis katering yang ditanganinya sekarang berdiri tanpa restu orangtua. Maklum, adik-adiknya masih kuliah dan bersekolah sehingga belum bisa diserahi tanggung jawab.
Dia menyadari bahwa modal terbesar bisnis katering adalah kepercayaan. Setiap ada momen pernikahan, pasti yang dicari perusahaan katering yang sudah mapan dan tepercaya. Sementara itu, katering baru yang dibuat Gibran awalnya sama sekali belum dikenal.  Dan menurut Gibran, yang sulit adalah meyakinkan calon konsumen bahwa perusahaan kateringnya beda. Wajar, dari awal merintis bisnis ini, Gibran menolak memanfaatkan nama besar ayahnya yang kala itu padahal menjabat sebagai orang nomor satu di Solo untuk mendongkrak usahanya.
Awalnya Chilli Pari hanya mengurus order kecil-kecilan untuk puluhan orang, namun sejak Januari 2011, perusahaan katering ini bisa menggarap ribuan orang termasuk mampu menyediakan katering untuk pernikahan.
Meski awalnya sulit, dengan perlahan dan menggunakan teknik marketing yang baik. Salah satunya adalah dengan penyajian menu-menu yang belum lazim di kota Solo. Karena biasanya katering di Solo hanya menyajikan menu-menu yang standar, seperti kroket, sup matahari, atau lauk sambal goreng hati dan Gibran menganggap bahwa masyarakat dinilai sudah jenuh dengan menu-menu tersebut. Oleh karena itu, perusahan kateringnya menyajikan menu-menu baru yang belum lazim di Solo.
Alhasil, usaha katering Gibran terbilang sukses dengan hasil kerja keras dan keringat sendiri. Kini Chilli Pari bergerak dalam bidang catering dan wedding organizer yang professional menyediakan aneka kebutuhan untuk pernikahan seperti gedung, rias pengantin, dekorasi dan lainnya. Menu yang disediakan adalah masakan Jawa, Jepang, Barat dan lainnya. Gibran pun tercatat sebagai ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJBI) Kota Solo.
Begitulah sepenggal cerita dan karir dari anak sulung orang pertama di Indonesia ini. Selebihnya tidak banyak yang diketahui mengenai kehidupan pribadi Gibran baik mengenai urusan pribadi atau lainnya. Kabar yang didapatkan adalah seputar perjalanan karirinya yang sempat tidak direstui oleh kedua orang tuanya atas keinginan Gibran memulai bisnis katering di Solo.
Saat itu, bisa dibilang Jokowi sempat dibuat pusing dengan pilihan bisnis anak sulungnya. Sebab, meski telah dikuliahkan ke mancanegara untuk mengecap ilmu marketing, si sulung malah banting setir ke bisnis katering.
sumber : sooperboy

Senin, 13 Oktober 2014

5 Rahasia Kaya Raya Mark Zuckerberg - Pendiri Facebook

 Perjuangan Mark Zuckerberg untuk membuat Facebook menjadi jejaring sosial terpopuler di dunia tentu tidak mudah. Ada resep-resep khusus dari pria berambut kriwil ini, sehingga dalam usia muda jadi kaya raya.





Apa saja kira-kira resep sukses pemuda drop out dari Harvard University itu? Berikut 5 di antaranya, seperti dianalisis oleh David Kirkpatrick, penulis buku The Facebook Effect: The Inside Story of the Company That is Connecting the World.

1. Percaya diri

Nasehat klasik ini memang sangat penting. Keyakinan diri yang sangat besar serta sifat positif membuat Zuckerberg mampu membangun Facebook dari nol. "Zuckerberg punya keyakinan luar biasa bahwa dia mampu membuat impiannya jadi kenyataan," kata Kirkpatrick.

Kontras dengan citranya yang terlihat arogan di film The Social Network, Zuckerberg yang sesungguhnya tidak demikian. "Dia hanya seseorang yang sangat percaya diri," ucap Kirkpatrick.




2. Selesaikan tugas, jangan tunggu sampai sempurna

Zuckerberg fokus menyelesaikan sesuatu tanpa ditunda atau menunggu sampai sempurna. Jika ada kesalahan, dia berpikir akan selalu bisa memperbaikinya kemudian. Menurutnya, kesalahan adalah hal wajar. Menurut Kirkpatrick, Zuckerberg memiliki sebuah filosofi tentang hal ini. Filosofi itu berbunyi, "Selesai itu lebih baik daripada sempurna,"

3. Berpegang pada visi, jangan terpengaruh suara miring

"Zuckerberg dulu berada dalam posisi di mana tiap orang di sekitarnya mengatakan dia akan gagal dan apa yang ingin dicapainya terlampau tinggi," kata Kirkpatrick. Zuckerberg memang punya impian besar suatu saat Facebook akan digandrungi banyak orang.

Dia sangat yakin dengan visi itu sehingga menolak Yahoo yang ingin membeli Facebook tahun 2006 dengan harga USD 1 miliar. Visinya terbukti, sekarang Facebook memiliki lebih dari semiliar pengguna dan membuat Zuck kaya raya.

4. Tidak hidup berlebihan

Siapa sangka Mark Zuckerberg pernah masih tinggal di rumah sewaan di dekat kantor pusat Facebook. Penampilannya pun biasa-biasa saja. Padahal jumlah kekayaannya mencapai USD 33,1 miliar.

"Dia tidak pernah berlebihan dan pada akhirnya dia bisa saja memberikan semua uangnya," ucap Kirkpatrick. Ya, Zuckerberg juga dikenal sebagai sosok dermawan. Dia ikut program Giving my Pledge yang menyarankan orang-orang kaya menyumbangkan sebagian besar hartanya.

5. Ikuti passion, bukan uang

Kala membangun Facebook, uang bukan tujuan utama Zuckerberg. Dia mengikuti passionnya. Dia sangat bahagia menngoprek Facebook dan menciptakan cara baru untuk membantu orang terkoneksi.

Kesuksesan finansial mungkin akan mengikuti jika seseorang melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan gembira. "Baginya ini bukan tentang uang. Jika Zuckerberg membuat Facebook untuk uang, dia pasti sudah menjualnya beberapa tahun lampau," pungkas Kirkpatrick.