Anak tertua Jokowi yang bernama Gibran Rakabuming Raka merupakan
sosok pria yang mulai menjadi sorotan sejak karir politik sang ayah
meningkat, mulai dari Walikota Solo, dipercaya sebagai Gubernur DKI
Jakarta hingga diangkat menjadi seorang Presiden Republik Indonesia
ke-7.
Namun, sejak pencalonan hingga pemilihan presiden, nyaris wujud
Gibran tidak pernah sama sekali menemani ayahnya berkampanye. Belakangan
diketahui jika pria berusia 26 tahun ini berprofesi sebagai seorang
pengusaha catering. Dan dikarenakan kesibukan menjalankan bisnisnya,
Gibran pun tampak absen dalam setiap kegiatan Jokowi.
Menariknya, beberapa jam sebelum menuju pelantikan Capres dan
Cawapres Terpilih pada Senin (20/10) pagi tadi. Jokowi pun
memperkenalkan seluruh anggota keluarganya pada sejumlah media. Dan,
Gibran pun tampil untuk kali pertamanya di depan publik bersama dua adik
kandungnya, Kahiyang Ayu dan Kaesang Pangarep dengan menggunakan kemeja
batik serta rambut yang sedikit bergaya Mohawk. Sontak kehadiran Gibran
dan kedua adiknya menjadi perhatian media.
Masa kecil pria kelahiran 1 Oktober 1988 ini dihabiskan di Solo dan
sejak SMP dia tinggal di Singapura, menempuh sekolah setingkat SMA di
Orchid Park Secondary School, Singapura pada tahun 2002. Pada tahun
2007, dia berhasil lulus dari Management Development Institute of
Singapore (MDIS) dan melanjutkan studinya ke University of Technology
Insearch, Sydney.
Saat duduk di bangku kuliah, Gibran ternyata tertarik dengan bisnis
catering. Namun, sayang, idenya tersebut tidak pernah ditanggapi
ayahnya. Orangtuanya terus saja mendesak Gibran untuk meneruskan usaha
keluarga yang turun temurun di bidang properti. Namun, keteguhan hatinya
tetap menyala. Dia bersikeras tidak memiliki ketertarikan untuk usaha
mebel. Walaupun tidak mempunyai latar belakang pengalaman dan pendidikan
di bidang tata boga. Namun, keyakinan Gibran itu tidak asal-asalan.
Sebab, dia melihat besarnya potensi mendirikan bisnis katering di kota
tersebut.
Pada tahun 2010, Setelah lulus kuliah, akhirnya Gibran mendirikan
usaha katering yang bernama Chilli Pari Catering Service pada akhir 2010
dengan menggunakan gudang mebel milik ayahnya yang dijadikan kantor dan
dapur katering. Sesuai dengan filosofi Chilli Pari sendiri yang berarti
chilli atau cabai yang mempunyai dasar warna merah yang menggambarkan
keberanian dan Pari yang berarti kemakmuran,Gibran memaknai Chilli Pari
sebagai keberanian untuk lepas dari bayang bayang orang tua yang
mempunyai nama besar dan keberanian khas anak muda dalam menjalankan
usaha termasuk berani meminjam modal di bank untuk mulai usahanya.
Gibran berpendapat sebaiknya kalangan anak muda yang mau menjalankan
usaha harus mempunyai keberanian dan jangan mengandalkan orang tua.
Terbukti di akhir kuliah, Gibran bisa bolak-balik Singapura dan Solo
untuk mewujudkan impiannya untuk mendirikan perusahaan katering. Maklum,
dia harus mencari sendiri modal untuk membuka usahanya sekitar Rp 1
miliar. Usahanya berdiri setelah hanya satu dari tujuh proposal pinjaman
ke bank setuju untuk memberikan pinjaman.
Sulung dari tiga bersaudara itu mengakui bahwa bisnis katering yang
ditanganinya sekarang berdiri tanpa restu orangtua. Maklum, adik-adiknya
masih kuliah dan bersekolah sehingga belum bisa diserahi tanggung
jawab.
Dia menyadari bahwa modal terbesar bisnis katering adalah
kepercayaan. Setiap ada momen pernikahan, pasti yang dicari perusahaan
katering yang sudah mapan dan tepercaya. Sementara itu, katering baru
yang dibuat Gibran awalnya sama sekali belum dikenal.  Dan
menurut Gibran, yang sulit adalah meyakinkan calon konsumen bahwa
perusahaan kateringnya beda. Wajar, dari awal merintis bisnis ini,
Gibran menolak memanfaatkan nama besar ayahnya yang kala itu padahal
menjabat sebagai orang nomor satu di Solo untuk mendongkrak usahanya.
Awalnya Chilli Pari hanya mengurus order kecil-kecilan untuk puluhan
orang, namun sejak Januari 2011, perusahaan katering ini bisa menggarap
ribuan orang termasuk mampu menyediakan katering untuk pernikahan.
Meski awalnya sulit, dengan perlahan dan menggunakan teknik marketing
yang baik. Salah satunya adalah dengan penyajian menu-menu yang belum
lazim di kota Solo. Karena biasanya katering di Solo hanya menyajikan
menu-menu yang standar, seperti kroket, sup matahari, atau lauk sambal
goreng hati dan Gibran menganggap bahwa masyarakat dinilai sudah jenuh
dengan menu-menu tersebut. Oleh karena itu, perusahan kateringnya
menyajikan menu-menu baru yang belum lazim di Solo.
Alhasil, usaha katering Gibran terbilang sukses dengan hasil kerja
keras dan keringat sendiri. Kini Chilli Pari bergerak dalam bidang
catering dan wedding organizer yang professional menyediakan aneka
kebutuhan untuk pernikahan seperti gedung, rias pengantin, dekorasi dan
lainnya. Menu yang disediakan adalah masakan Jawa, Jepang, Barat dan
lainnya. Gibran pun tercatat sebagai ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga
Indonesia (APJBI) Kota Solo.
Begitulah sepenggal cerita dan karir dari anak sulung orang pertama
di Indonesia ini. Selebihnya tidak banyak yang diketahui mengenai
kehidupan pribadi Gibran baik mengenai urusan pribadi atau lainnya.
Kabar yang didapatkan adalah seputar perjalanan karirinya yang sempat
tidak direstui oleh kedua orang tuanya atas keinginan Gibran memulai
bisnis katering di Solo.
Saat itu, bisa dibilang Jokowi sempat dibuat pusing dengan pilihan
bisnis anak sulungnya. Sebab, meski telah dikuliahkan ke mancanegara
untuk mengecap ilmu marketing, si sulung malah banting setir ke bisnis
katering.
sumber :
sooperboy
0 komentar:
Posting Komentar