Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan
ditambahkan juga kepadamu (Lukas 12:31)
iao
Zheng ingin sekali memiliki iPad2, komputer tablet canggih, tetapi tidak punya
uang. Suatu ketika, remaja China
ini membaca iklan online yang
menawarkan uang 29 juta rupiah bagi orang yang mau mendonorkan ginjalnya. Tanpa
pikir panjang, Xiao Zheng menjual ginjalnya. Setelah dioperasi di rumah sakit,
uang yang diperoleh ia habiskan untuk membeli iPad2, notebook, dan iPhone. Demi memiliki gadget dengan usia pakai hanya 5 tahun,
ia korbankan organ tubuh yang diperlukan untuk hidup puluhan tahun!
Inilah jebakan materialisme. Ketika materi dianggap sebagai hal yang
terpenting, orang diperhamba olehnya. Apa pun dan siapa pun bisa dikorbankan
demi mendapatkannya.
Tamak akan harta bisa mendorong kita melakukan apa yang salah. Atau, pergi ke
tempat yang tidak seharusnya. Materialisme menawan dan memperhamba. Jangan
biarkan ia bersarang dalam hati dan pikiran Anda! Materialisme memberi Anda
pemahaman keliru bahwa Anda tidak bisa bahagia sebelum punya ini dan itu.
Ketamakan dapat melanda siapa saja. Bukan hanya orang yang berkuasa,
orang miskin dan tidak memiliki kuasa juga bisa salah menyikapi harta di
hidupnya. Ketamakan orang yang berkuasa menimbulkan tindak korupsi, ketamakan
orang miskin menghalalkan pencurian dan mengorbankan sesuatu yang berharga demi
apa yang diinginkan. Semua didasari oleh sikap mengandalkan harta, lebih dari
mengandalkan Tuhan.
Berlawanan dengan sikap hidup demikian, Tuhan Yesus mengajar orang beriman
supaya memercayai pemeliharaan Allah di hidupnya. Tantangan-Nya agar orang
menjual segala milik dan memberikan sedekah adalah jawaban radikal supaya orang
bisa terlepas dari belenggu harta yang menghalanginya untuk menemukan Kerajaan
Allah. Ketamakan manusia yang menimbun harta, akan menyebabkan
ketidakseimbangan, ketidakadilan, dan kecemburuan sosial. Pesan ini tidak hanya
berbicara pada zaman itu karena adanya ketimpangan sosial antara orang miskin
yang tertindas oleh penjajah, dan kalangan orang kaya yang berkolusi dengan
penguasa. Namun, juga berbicara untuk saat ini dan di negeri ini, di mana
banyak terjadi kolusi antara para pemegang kuasa dan uang, untuk memperkaya
diri.
Hidup yang mengandalkan Tuhan membuahkan sikap hidup mau berbagi.
Sebaliknya, hidup yang mengandalkan harta membuat orang tamak dan mementingkan
diri sendiri. Tuhan tahu kita memerlukan harta untuk hidup, tetapi harta itu
sama sekali tak boleh menjadi andalan. Tuhan Yesus menghendaki agar kita
mencari Kerajaan Allah lebih dulu, baru yang lain akan ditambahkan. Tuhan kita
tak pernah ingkar janji. Maka, ketika kita mengandalkan pemeliharaan Tuhan,
kita tak akan kecewa. (Renungan
Harian)
Ketamakan adalah usaha
memperoleh bagian hidup yang merusak hidup itu sendiri
(Bahan Pendewasaan Iman Warta Jemaat GKI Tegal 30 Juni 2013 - disadur dari Renungan Harian)