SATUHARAPAN.COM – Pada Olimpiade Penyandang Cacat Musim Dingin 2014
di Sochi, Rusia Maret lalu, stasiun TV komersil di Amerika, NBC,
menyiarkan dua film dokumentasi yang mengharukan dan inspirasional di
mana perenang Amerika, Jessica Tatiana Long, reuni dengan orangtua
kandungnya di Rusia setelah berpisah 20 tahun.
Jessica lahir di Siberia dengan nama Tatiana Olegovna Kirillova,
tanpa tumit, tanpa mata kaki dan tulang betis, hampir tidak punya tulang
kaki. Saat itu kedua orangtuanya masih remaja, belum menikah dan tidak
sanggup merawatnya, maka ia diserahkan ke panti asuhan. Ketika berumur
13 bulan, Tatiana diadopsi pasangan Steve dan Beth Long dari Baltimore,
Amerika. Kakinya diamputasi saat ia berusia 18 bulan dan sejak itu ia
menggunakan kaki palsu.
Orangtua asuh Jessica merawat dia dengan penuh kasih sayang. Mereka
memperlakukan dia sebagaimana halnya anak normal yang aktif. Jesicca
berolah raga senam,
ice skating, bersepeda, dan memanjat
gunung. Ia kemudian menekuni olah raga renang yang membawanya ke
kompetisi renang nasional untuk penyandang cacat, bahkan ke tingkat
internasional dan memperoleh puluhan medali baik emas maupun perunggu.
Kini Jessica memegang 13 rekor dunia dan dua kali menyandang predikat
sebagai
US Paralympic Sports Woman of the Year.
Pada 2012 orangtua kandungnya baru tahu kalau Jessica, anak mereka
yang cacat dan mereka serahkan ke panti asuhan 21 tahun itu, kini
perenang internasional. Atas bantuan media maka 2013 Jessica mengunjungi
orangtua dan adik-adik kandungnya di Rusia pada 2013. Tidak ada
kebencian, amarah karena ditinggalkan orangtua, dendam atau kepahitan
akan masa lalu yang mewarnai pertemuan itu. Sebaliknya penuh pelukan
hangat, air mata syukur, dan tawa gembira. Jessica juga mengunjungi
panti asuhan tempat dahulu dia dititipkan dan menemui inang pengasuh
yang merawat dia.
Jessica dibesarkan dalam kasih sayang dan kebaikan yang membuat dia
bisa menerima keterbatasannya dan memampukan ia menjalani hidupnya
bahagia. Bahkan ia meneruskan kebaikan itu kepada orang lain, termasuk
ke orangtua kandungnya yang ”meninggalkan” dia karena ”keadaannya”.
Jika hati kita penuh kasih maka kita dapat meneruskan kebaikan kepada
orang lain. Bisa dalam bentuk tindakan spektakular ata aksi sederhana.
Alangkah indahnya jika kebaikan dalam hidup ini diteruskan kepada orang
lain dan tidak berhenti hanya untuk diri kita sendiri. Apalagi,
sebagaimana diajarkan Tuhan, kita berbuat baik kepada orang yang tidak
bisa membalasnya.
sumber:
Satu Harapan
0 komentar:
Posting Komentar