Bekerja memberikan yang terbaik. Sepertinya begitulah komitmen
Mita Diran, si copywriter muda yang belum lama ini meninggal. Sebelum
menghembuskan napas terakhirnya, Mita diketahui bekerja lembur hingga 30
jam. Nah bagaimana kisah lengkap saat-saat terakhir Mita?
14 Desember lalu, Mita sempat memposting kicauan di Twitter. "30 Hours
and going strooong." Begitu tulisan Mita. Tidak ada yang menyangka tweet
itu menjadi tweet terakhir yang ditulis Mita.
Kebiasaan lembur Mita memang diketahui orang tuanya. Sang ayah, Z Yanni
Syahrial, juga sangat mengerti bagaimana cara kerja di dunia periklanan.
Apalagi dirinya juga berada di dunia yang sama dengan sang putri. Tapi
orang tua percaya pada Mita, dan yakin putrinya bisa menjaga dirinya
baik-baik. Maka itu orang tuanya tidak pernah melarang Mita untuk
lembur. Hanya saja, yang namanya orang tua pasti akan selalu memberikan
nasihat dan berbagai wejangan agar anaknya selalu sehat dan tidak
kekurangan suatu apapun.
"Kita terima telepon tengah malam dari temannya yang mengatakan Mita
kolaps di sebuah tempat makan di Santa, Jakarta Selatan. Saat itu dia
lagi mau makan malam sama temannya. Itu dia pulang malam dari kerja tapi
karena temennya datang dari luar dan sudah beberapa hari nungguin mau
ketemu Mita, dia iyain walaupun dia capek. Ya you need social life,"
ujar Yanni kepada detikHealth di kediamannya, kawasan Bintaro, Jakarta
Selatan, Senin (16/12/2013).
Bekerja memang bukan sekadar tuntutan pekerjaan, tapi juga tentang
passion. Nah, Mita sepertinya memiliki minat yang luar biasa di dunia
periklanan sehingga dia ingin melakukan yang terbaik. Mita memang
sedikit keras kepala, tapi itu dilakukan karena dia memiliki tujuan.
Sayangnya, dia kerap lupa dengan kesehatannya.
"Di luar dari tuntutan kerja itu misalnya effort dari dia. Trend di
mana-mana saya lihat memang gitu, bukan di tempat dia kerja aja. Dan
saya juga punya anak buah di sebuah advertising agency dan saya mau
bikin satu peraturan bahwa kita harus jaga kesehatan, baru
ngomong-ngomong gitu tiba-tiba kejadian sama anak saya. Itu yang bikin
saya tambah yakin bahwa something needs to be done," ucap Yanni.
Dia kemudian melanjutkan kisah Mita di malam saat mulai kolaps. Begitu
tahu Mita dibawa ke RSPP, Yanni dan istrinya segera menuju ke RS. Saat
itu Mita dalam keadaan koma, alat pernapasan dan pacu jantung telah
dipakaikan pada gadis tersebut.
"Setelah 9 kali pake electric yang ke jantung itu agak banyak ya, baru
detik jantungnya agak naik. Tapi tidak stabil, sudah tidak bernapas
kalau nggak dibantu alat pernapasan," sambungnya.
"Nah, itu kronologinya. Dia itu udah berturut-turut beberapa hari,
sampai begadang-gadang, terus fisik melemah, mungkin dibantu dengan
minuman yang bisa membooster tenaga," imbuh Yanni sembari menyebut
sebelum pingsan Mita belum sempat makan meskipun sudah berada di
restoran yang cukup bagus.
Menurut informasi yang diperoleh Yanni, sebenarnya Mita dalam perjalanan
dari restoran ke rumah sakit sudah tidak bernapas, dan detak jantungnya
pun sudah tidak ada. Nah, begitu sampe rumah sakit langsung dilakukan
tindakan untuk memicu denyut jantungnya. "Itu Minggu (15/12) pukul 00.30
sampai 02.00 WIB. Ya masih di monitor mau dimasukin ke ICU tunggu
sejam. Sebelum masuk ICU masih belum ada perubahan," terang Yanni.
Saat itu sudah banyak keluarga yang datang ke RS. Mita kala itu tidak
sadarkan diri sama sekali. Melihat kondisi Mita, tentu keluarga
menginginkan yang terbaik untuknya. Karena tidak ingin membuat Mita
sengsara dengan sakitnya dan telah dilakukan segala daya upaya namun
kondisi Mita tak juga stabil, akhirnya keluarga merelakan kepergian Mita
untuk selama-lamanya.
"Basically kondisi badannya drop dan dia passion-nya untuk bekerja, dan
memang ya industri ini emang begitu. Semuanya begitu, bukan Mita sendiri
yang memang long hours," ucap Yanni.
Mita kini telah dimakamkan di TPU Jeruk Perut, di samping makam sang
kakek. Selamat beristirahat, Mita. Semoga damai di sisi Tuhan.
sumber: detikcom
0 komentar:
Posting Komentar