Kamis, 19 Agustus 2010

Cukupkah??


Enough never receding, but how we satisfy. Bravely to said, “enough” what we've given, then we can see what we've got, not what we had taken yet. “

Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata air itu mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata "cukup". Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya. Ia mengambil beberapa ember untuk menampung kepingan uang emas itu. Setelah semuanya penuh, ia membawanyake gubug mungilnya untuk disimpan disana. Kepingan uang terus mengalir, dan si petani terus mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan rumahnya. Masih kurang lagi! Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum cukup juga! Ia terus membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun kepingan uang bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata, ”cukup.”

Sadarkah kita bahwa kata “cukup” seringkali menjadi sulit diucapkan . Kapankah kitapernah berkata cukup?. Sebagian besar pegawai merasa gaji yang diterima belum sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha seringkali merasa belum mencapai target dan tidak pernah puas. Bahkan Istri pun mengeluh karena suaminya kurang perhatian, dan suami pun merasa sebaliknya. Semua merasa tak pernah cukup.

Bicara cukup, bukan bicara berapakah jumlahnya. Makna cukup adalah kepuasan hati. Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang-orang yang mensyukuri rahmat yang telah diberikan oleh Tuhan. Mengucapkan kata cukup bukan lantas kita berhenti berkarya dan berusaha. Jadi tak perlu takut berkata cukup.

Jangan mengartikan kata “cukup” sebagai stagnansinya keadaan kita. Bukan lambang berpuas diri. Tak berarti lantas kita tak mampu berkembang, dalam kelebihan yang kita miliki. Dengan mengucap kata “cukup”, membuat kita melihat apa yang telah kita terima. Belajarlah untuk menghindarkan diri dari ketamakan.

Andai kita memiliki bibir normal namun merasa ingin memiliki bibir seperti Angelina Jolie. Cobalah tengoklah diri kita ke cermin, karena di saat yang sama, ada seseorang mengharapkan memiliki bibir yang normal. Pengharapan akan kaki yang jenjang layaknya peragawati, tetapi di luar sana ada yang berharap seandainya memiliki kaki. Atau bahkan kita mendambakan mata indah berwarna biru, tahukah bahwa di luar sana banyak yang berharap seandainya diberikan penglihatan.

Sebanyak apapun keinginanmu, takkan pernah cukup jika selalu melihat ke atas. Karena di atas langit, selalu ada langit yang lebih indah. Tetapi jikalau engkau memandang ke bawah, pastilah kamu akan mensyukuri anugerah yang ada di sekelilingmu. Dan perasaanmu pasti akan jauh lebih bahagia.


(TPD)

0 komentar:

Posting Komentar