Kamis, 19 Agustus 2010

Kegagalan dalam Hidup

“People fail forward to success..” (Mary Kay Ash)

Suatu pagi ada seorang anak muda yang tengah dirundung banyak masalah ingin berkonsultasi dengan seorang Pak tua yang bijak. Dengan raut wajah muram yang diiringi langkah gontai, anak muda itu segera menceritakan duduk permasalahan yang tengah menghimpit hidupnya kepada Pak tua itu. Setelah mendengarkan cerita anak muda itu dengan seksama, Pak Tua lalu mengambil segenggam garam dan menaburkannya ke dalam segelas air. Setelah diaduk perlahan, Pak Tua kemudian menyuruh anak muda itu untuk meminumnya. Karena kepahitan, anak muda itu kemudian meludahkannya ke lantai.
Sembari melemparkan senyuman, Pak Tua kemudian mengajak anak muda itu untuk menemaninya berjalan ke tepi telaga di dalam hutan yang berjarak tak jauh dari rumahnya. Sesampainya mereka di tepi telaga, Pak Tua kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. Tiupan semilir angin mengaduk-aduk gelombang air menjadi sedikit beriak. Pak Tua itu pun segera menyuruh anak muda itu kembali mencicipi rasa air telaga yang telah ditaburi air garam tersebut. Anak muda itu pun meneguk air telaga dan merasa segar setelah melepas dahaganya.
Pahitnya kehidupan layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu semua sama dan akan tetap sama. Tetapi kepahitan yang kita rasakan akan sangat bergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu didasarkan pada perasaan, tempat kita menuang segalanya. Jadi saat kamu merasakan kepahitan maupun kegagalan dalam hidup janganlah menjadikan hatimu itu bagaikan gelas, buatlah bagai telaga yang akan meredam setiap teguk kepahitan yang mampu mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kamu merasa tak pernah sepi dari yang namanya kesulitan, penderitaan, keberhasilan dan kegagalan. Mungkin kamu merasa telah bekerja keras seoptimal mungkin demi membangun usaha, karir atau masa depan keluarga. Namun tiba-tiba ada suatu peristiwa yang merampas semua kebahagiaan yang tengah dirajut. Hidup menjadi morat-marit. Jangankan keperluan lain, untuk makan saja susah. Belum lagi biaya pengeluaran rumah tangga, bayar listrik, air, telepon, uang sekolah anak yang bikin pusing tujuh keliling.
Keadaan kamu mungkin serupa dengan anak muda tadi. Sedih, kecewa dan sakit hati dalam menghadapi pahit getirnya kehidupan. Bagaikan meneguk segelas air garam, kamu tidak akan pernah menduga bahwa prestasi, kerja keras selama bertahun-tahun bisa runtuh dalam hitungan sekejap mata.
Dengan melapangkan dada untuk menerima semuanya, paradigma mengenai kegagalan dalam hidup bisa diubah menjadi sebuah peluang atau kesempatan menuju tangga kesuksesan. Hidupmu mungkin memang susah, namun setiap peristiwa ada waktunya, maka kemenangan pun ada jadwalnya. Jika kita merasa tak berdaya, sedih, frustrasi bahkan mengalami depresi, janganlah pernah terpancing untuk merugikan diri dengan melakukan hal yang destruktif. Jadikanlah kegagalan sebagai bentuk resiko dari suatu usaha, simpanlah ruang kesiapan untuk menerima kegagalan. Karena dengan menerimanya sebagai objek pengalaman yang harus dipelajari, maka kegagalan merupakan investasi pembelajaran yang membantu proses penyempurnaan seluruh faktor keberhasilan dalam hidup.
***

0 komentar:

Posting Komentar